Sabtu, 27 Oktober 2012

Cerita Tanpa Kisah


Ini semua tentang sebuah pertanyaan yang mempunyai pernyataan.
Sebuah tanda tanya dibalik tanda koma.
Mendengar lagu yang tak pernah punya nada.
Mencari berlian tanpa bias membaca peta.
Jika kita tahu, adakah berlian yang bias menjadi batu? Mungkin suatu saat nanti akan ada berlian berlapis batu, ataupun batu berlapis berlian.
Ataukah tidak akan menunggu suatu saat nanti? Ataukah memang tidak akan pernah ada?
Itu memang seperti rangkaian indah bunga kamboja ataupun seikat bunga edelweis yang tak akan pernah mengerti sebuah kata yang tersusun dari A sampai Z.
Atau mungkin masih ada huruf ‘lagi’ setelah Z? Semua pernyataan hanya tertuju pada sebuah drum.
Berbunyi iringi langkah tanpa pernah mengerti kapan harus berhenti.
Dan ketika saatnya untuk berhenti, takkan pernah ada lagi peluang untuk berjalan lagi.
Itu semua seperti angina yang tak akan pernah tahu arah, sebelum takdir Tuhan yang berbicara.

Panorama


Malam ini 19 Oktober 2012.

Kulihat awan tampak begitu cerah, melihat seekor gagak yang sedang terduduk dalam gagah.
Hingga menggugah senyum yang selalu tersembunyi dalam kelamnya lembah dosa.
Tampak terlihat lusuhnya muka, ditambah dengan segenap tenaga yang memang sudah binasa.
Arah tatapku hanya tertuju di suatu titik. Titik yang memang sudah menjadi sorotan media.
Terlihat mata yang tegang tercengang menyadari indahnya bulu sang raja. Menambah pedih dan teringat kisah nyata yang tak pernah terungkap